Situ Gintung

22.05 / Diposting oleh neo adventure /


Sulit dibayangkan sepertinya akan ada tsunami kecil di Jakarta,mungkin tidak pernah terpikir bahwa musibah yang melanda bagian barat negeri ini yang mengakibatkan ratusan ribu jiwa melayang akan terjadi di kota yang jauh dari laut dan pantai.Situ yang biasanya tenang dan membawa ketenangan bagi orang-orang yang menghabiskan waktu di akhir pekan untuk membunuh kejenuhan atas rutinitas kehidupan orang kota,justru berbalik membawa bencana dan menghabiskan puluhan jiwa yang terlelap disaat mentari baru hendak menggantikan tugas sang rembulan.Menimbulkan babak baru tragedi atas kelalaian segelintir orang yang menyebabkan ratusan orang lainnya kehilangan harta benda hasil pergulatan seumur hidupnya,kehilangan sang buah hati yang selalu menyemangati perjalanan hidup atau pasangan hidup yang selalu setia dikala suka dan duka.Luka itu terlalu dalam seperti dalamnya tanggul yang jebol tersebut,menghanyutkan apa saja yang menantang dihadapkannya,hingga 1 Km jauhnya yang menyebabkan banjir sampai ketinggian 2 meter.Aroma kematian mulai merebak,satu persatu korban ditemukan disertai ratusan lainnya yang harus dievakuasi dan berubah status menjadi tuna wisma,janda ataupun menjadi yatim.
Publik jabedotabek pun terhenyak ketika media mulai menyampaikan berita duka dan musibah yang seakan tidak pernah lepas dari negeri yang memiliki ribuan situ,bantuan berdatangan,ratusan relawan pun merasa terpanggil atas musibah kemanusiaan,sebagian lagi justru mulai sibuk mencari siapa yang harus disalahkan dan bertanggung jawab atas jebolnya tanggul yang berdiri 1932 ini.Sore hari sebelum musibah ini terjadi,tanda-tanda maut akan jebolnya situ buatan belanda ini sudah di prediksi oleh warga sekitar dan sudah diperingatkan akan kemungkinan yang lebih buruk yang disampaikan pihak yang berwenang.Mungkin sekedar peringatan tanpa ada solusi dimana harus mengungsi,belum lagi jaminan keamanan jika harus meninggalkan rumah beserta harta benda hasil perjuangan hidupnya menyebabkan sebagian besar kita akan berpikir aman dan aman.Segala sesuatu sepertinya harus selalu dibayar mahal bahkan teramat mahal oleh masyarakat kita,untuk para orang-orang yang diberi wewenang mengurusi hajat hidup orang banyak ini,ketika harga yang dibayar adalah perjumpaan ratusan jiwa dengan malaikat maut.Hanya sekedar untuk kembali mengingatkan akan adanya kemungkinan bencana serupa,mengingatkan kan akan dana yang seharusnya menjadi hak alam,akan kepedulian yang sepertinya sudah tergerus dari masyarakat kota.
Kami pun merasa terpanggil untuk memberikan apa yang bisa kami berikan,sedikit tenaga,pengetahuan evakuasi dan sisir sungai,mengirim rekan-rekan yang masih memiliki kepedulian.Kesedihan dan kepedihan korban mengingatkan kami kembali akan korban-korban bencana yang lain yang pernah kami temui,berharap kedepannya akan semakin minim kejadian serupa,tidak adalagi air mata anak-anak tanpa dosa yang kehilangan orang tuanya,tidak ada lagi isak tangis dan goncangan jiwa bagi orang yang kehilangan seluruh anggota keluarganya.
Semoga Pemilu ini,siapapun yang nanti akan mendapatkan kesempatan menanggung amanat bangsa 200 juta ini mampu melahirkan para pemimpin yang mampu mengambil tanggung jawab disaat yang lain cuci tangan,pemimpin yang berada di garda depan ketika yang berada dalam tanggung jawabnya membutuhkan bantuan.Bukan pemimpin hipokrit,yang ada ketika dirinya yang membutuhkan suara menjelang pemilu.Pemimpin yang mampu mengambil tanggung jawab kemanusiaan seperti halnya masyaikh dakwah ini,”seonggok kemanusiaan terkapar,siapa yang mau bertanggung jawab?jika tidak ada,maka biarkanlah saya yang menanggungnya sebagian atau seluruhnya”
Adakah pemimpin yang masih berucap dan berbuat seperti beliau?Kita tunggu saja...

Share

0 komentar:

Posting Komentar